Saturday, June 4, 2016

Cerita Terakhir

Pagi ini ku awali hari dengan secangkir moccacinno hangat di atas meja halaman belakang rumahku. Dengan asap yang masih mengebul di atas cangkir, tiap tetes ku seruput nikmatnya kopi hangat tersebut. Mataku yang baru saja terbangun dari mimpi, sepertinya masih merindukan indahnya malam bertabur bintang untuk sesaat lagi. Entah aku yang bangun terlalu cepat, atau jam yang ku atur kemarin terlalu awal angka nya? Padahal masih menunjukan pukul 7 pagi. Terserah lah... Aku hanya ingin menikmati kopi ini, di sini, pagi ini, terakhir kalinya di negara ini...

Mbok Minah yang mondar-mandir dan pak Karjo yang masih sibuk dengan si hitam Audi-ku, terlihat sangat gesit mempersiapkan segala kebutuhan dan bekal ku hari ini. Entah karena gaji, ataukah mereka terlalu semangat mengusir tuan rumah nya untuk segera pergi.

Hari ini aku akan meninggalkan Bandung, kota indah dengan sejuta cerita. Segala hal yang berkenaan dengan macet, alun-alun dan segala hiburan malam nya (Terlepas dari stasiun Bandung ketika malam hari), semuanya kusimpan rapi di dalam diary hati ku, kenangan yang mungkin akan ku putar berulang-ulang tiap kali aku merindukan kampung halamanku di negeri sakura sana. Biarlah pikiranku merasa jenuh dengan seribu kenangan disini hingga aku temukan rekaman baru di sana. Aku harap begitu...

"Kyoto..."

Angin berhembus lembut membelai rambutku.

Terlalu banyak cerita disini, bersama teman-temanku, kami menghabiskan waktu bersama, tersenyum bersama, bercanda bersama, tertawa bersama. Aku masih ingat ketika aku berdebat akan hal yang tidak penting bersama Dini, argumen-argumen absurd ku ucapkan untuk menangkal segala perkataan-perkataannya. Hingga hukum alam mutlak memihak padanya, "Wanita tidak pernah salah!". Menyebalkan... tapi mungkin itu yang akan ku ingat selama aku disana.

Terlepas dari itu semua, mungkin aku akan merindukan beberapa hal sederhana yang "seharusnya" jika aku masih ada disini, aku merasa bosan.

Aku akan merindukan betapa "kampret" nya pak Karjo memanaskan mobil tepat di depan kamarku, mau siapkan mobil untuk ke kantor, katanya... padahal jam masih menunjukan pukul 4 pagi.

Aku akan merindukan rutinitasku di pagi hari. Tidur malam mengerjakan tugas kantor, kemudian bangun keesokan pagi nya, mengucapkan "selamat pagi" pada pak Karjo dan mbok Minah tepat 5 menit sebelum makan siang.

Juga aku akan merindukan padatnya jalanan di kota Bandung, hingga memaksaku turun dari mobil dan berjalan kaki menuju kantor. Meninggalkan pak Karjo di belakang berharap bisa lebih cepat menuju kantor. 5 menit kemudian, pak Karjo menengok ke arahku sambil cengengesan, "Ayo kang! Masuk lagi... sudah lancar jalannya!".

Masih banyak hal yang akan ku rindukan kelak, sangat banyak! Dan aku hanya bisa berharap jika suatu saat nanti, hal yang sama akan terjadi lagi di sana. Dengan "Bandung" yang lainnya, dengan mbok Minah dan pak Karjo baru disana. Juga dengan memori kisah baru lainnya.

"Kang, ayo! Berangkat... barang-barang sudah siap di dalam mobil." Pak Karjo (masih dengan senyum yang sama) memanggil.

Yah! Aku hanya bisa berharap demikian... Ketika berada di tempat baru, kita akan selalu merindukan tempat lama. Hanya kenangan yang terulang-lah yang bisa menyembuhkan rindu itu.

=================================================================

#Created by: Aped