Thursday, December 15, 2016

Cerita Lama Tentangmu

Tentangmu, pada waktu, aku selalu bertanya tentang dirimu.

Apa yang kau lakukan sekarang? Bagaimana keadaanmu? Apakah kau baik-baik saja?
Bahkan dewa Oracle pun sudah tak sudi mendengar pertanyaan berulang dariku.
Tentangmu, pada waktu, aku selalu menanti berita tentang dirimu.
Apa yang sudah kau lakukan hari ini? Bagaimana kondisimu kemarin? Apa kau sudah lebih baik dan siap untuk hari esok?
Di tengah kuil Minerva, memandang halus sang dewi keberuntungan, aku memanjatkan doa padamu, berlutut. Bibir merahku yang hanya ku siapkan khusus untukmu, terlampau kering karena menyebut namamu berulang kali. Doa ku tak pernah terlepas dari dirimu. Dewa-dewi memberi jawaban atas doa ku pada mereka. Waktu terus bersamamu, kabar tentangmu selalu kudengar setiap saat. Tapi aku mulai jenuh, berita yang sama lah yang selalu kudengar tentang dirimu.
Hening dan kosong...
Jawaban dari semua doa ku adalah "Keheningan dan kekosongan" dirimu. Terlukis jelas di wajahmu ketika aku menggantungkan tubuh tak bernyawa mu diatas altar pengorbanan.
Aku terlalu sayang pada dirimu, dan kupikir aku tak rela jika melihatmu pergi bersama gadis itu. Meninggalkanku sendiri disini.
Maafkan aku,
Aku sedikit tertawa ketika mendengar jeritanmu beberapa saat yang lalu...

Tuesday, December 6, 2016

Baron Walker

London, 1920. Winchester st. Marry's Bar.

Seorang pria dengan trench coat berwarna hitam datang menghampiri Walker, membawa sebuah gelas anggur produksi Prancis, tertulis di botolnya "1880".

"Kudengar anggur ini dibuat ketika musim dingin". Pria itu membuka pembicaraan.
Walker yang duduk disebelahnya tak merespon perkataan pria tersebut.

"Mau segelas? Aku susah payah membelinya dari seorang penjual Prancis. Bersaing harga dengan saudagar disana sangatlah menyebalkan."

Walker tetap diam, namun kali ini ia meminum segelas anggur yang dituangkan oleh pria tersebut. Suasana diantara mereka sangat sunyi.

"Aku kemari atas perintahnya," Sambung pria tersebut. "Don Giovanni memintaku untuk membawamu kembali ke Italia."

"Kembali ataupun tidak, aku tetap akan mati."

Minuman ia tegukkan kedalam kerongkongannya.

"Kau sadar siapa yang kau bunuh saat itu? Thibaut terlihat seperti seorang bocah Jerman..."

"Belgia..." Potong Walker.

"...Belgia biasa. Tapi dia sangat berpengaruh bagi hubungan antara keluarga Don Giovanni juga keluarga Don Veratti. Kau seharusnya tidak membunuhnya..."

"Dan membiarkan dia menelanjangi putri Giovanni brengsek itu? Putri kecilnya hanyalah harta satu-satunya dari mendiang istrinya. Dan dia memberikan cuma-cuma untuk dijadikan pelacur tepat di matanya? Dimana harga dirinya sebagai pemimpin familia itu? Aku membanggakannya karena dia adalah orang yang paling hebat menurutku! Dan puterinya adalah harta bagi dia."

"Kau terlalu berlebihan..."

Walker menghentakan kedua lengannya ke atas meja. Semua orang di dalam bar terdiam.

"Tahu apa kau tentang aku? Aku sudah bersamanya sejak kecil, putri Don Giovanni sudah seperti kakakku sendiri. Aku sangat menghormatinya, dan ayahnya menjadikannya seperti itu? Seharusnya ku lubangi saja kepala si tua bangka sial itu."

Walker menarik nafas sejenak...

"Sudahlah, aku tidak mau berdebat denganmu soal ini, Warren. Jika Don Giovanni memintamu untuk membunuhku, aku sudah siap. Urusanku sudah selesai disini."
Pria itu mengambil sebuah pistol dari dalam jaketnya. Walker berjalan keluar pintu, meninggalkan Warren disana.

"Setidaknya lakukan diluar, Warren. Aku tidak mau merepotkan pemilik bar ini. Dia sudah tua dan bar ini sangat berharga bagiku."

Ia melangkah pergi di tengah guyuran salju. Warren menyusulnya dari belakang tak lama setelah Walker pergi. Kemudian, suara letusan pistol terdengar hingga seluruh penjuru London.
Baron Walker, namanya akan dikenal di seluruh familia. Seorang bocah nekat yang sangat dihormati oleh Don Giovanni...