Thursday, September 24, 2015

Working Class Hero

Hari ini mungkin akan menjadi hari paling berat yang pernah kurasakan dalam hidupku, aku sedikit putus asa saat itu. Karir yang ku bangun selama 3 tahun berakhir sudah seiring pemecatan diriku dari perusahaan tempat ku bekera, bukan karena aku berulah namun perusahaan tersebut terpaksa melakukanya akibat penurunan pendapatan perusahaan tersebut. Di meja bar tersebut, aku berusaha menguatkan pikiranku. Beberapa cangkir bir yang seharusnya bisa membuat pikiranku menjadi tenang, nampaknya tak begitu berguna kali ini. Aku sungguh frustasi tentang keputusan tersebut.

"Sial !" 

Sesekali keluh ku nampak jelas. Apa yang harus ku lakukan? Di tengah krisis global seperti ini sangat sulit untuk mencari pekerjaan, dan aku tak pernah mahir dalam membuka lapangan pekerjaan, wirausaha ataupun bisnis.
Seorang bartender tua datang menghampiriku. Tuan Walcot, orang-orang biasa memanggilnya begitu. Kami sudah cukup kenal mengingat aku selalu pergi ke tempat ini setelah pulang kerja untuk makan malam dan sesekali minum, melepas rasa penat setelah seharian bekerja.

"Dean, jarang sekali kau datang dengan wajah kacau begitu. Apa satu gelas bir sekarang sudah bisa membuatmu mabuk? Padahal aku memberikan alkohol kecil dalam minuman tersebut." Tuan Walcot dengan santai sambil membersihkan gelas-gelas dan meletakannya keatas meja.

"Entahlah tuan Walcot, aku rasa aku kacau hari ini." Aku meletakan kepalaku di atas meja.

"Oh, apakah sesuatu mengganggumu? Kau bisa mengatakan apapun pada pak tua ini."

"Si brengsek itu memecatku! Dia tidak tahu apa jika aku sudah bekerja keras pada perusahaannya?" Aku memukul pelan meja bar tersebut.

"Siapa?" Tanya tuan Walcot.

"Alexander Regain, dia adalah seorang supervisior baru di perusahaan tempatku bekerja. Dia menggantikan tuan Alan dalam pekerjaannya, aku hanya melakukan 1 kesalahan kecil dan dia memecatku. Padahal aku melakukan promosi dan memenangkan tender 1 juta dollar untuk perusahaan, dan mereka mematenkan aku sebagai karyawan perusahaan tersebut hanya dalam waktu 2 tahun. Dan dia memecatku seolah aku adalah sebuah kegagalan?"

"Apa yang terjadi pada Alan?" 

"Alan masuk masa pensiun 3 bulan yang lalu, aku sangat menghormatinya, dia adalah manager dan teman terbaikku." 

"Kesalahan apa yang kau buat pada orang itu?" 

"Aku hanya terlambat mengumpulkan jurnal laporan bulanan selama 1 jam. Padahal jurnal tersebut telat pun tidak masalah, sial sekali bukan?"

"Lantas apa yang akan kau lakukan selanjutnya mulai hari ini?'

Aku terdiam, tak tahu harus melakukan apa bahkan aku bingung harus bicara apa. Bahkan untuk sebuah rencana sederhana. Apa yang akan aku lakukan? Apa yang akan terjadi berikutnya?
Pak tua Walcot meletakan lap nya dan memandangku dengan wajah ramah. 

"Hey, Dean, dengarkanlah aku. Aku mengatakan ini bukan sebagai seorang bartender pada pelanggan, melainkan sebagai seorang temanmu. Kau tak perlu memikirkan hal buruk yang akan terjadi kedepannya, nyatanya hal tersebut belum terjadi bukan? Itu masih menjadi sebuah pemikiranmu. Dan lagi, jika kau takut hal buruk terjadi kau hanya perlu melawan atau menghindarinya kan? Jika kau takut hartamu habis karena kau tidak punya pekerjaan, maka kau harus mencari pekerjaan. Jika kau takut jika kau tak mendapat pekerjaan, maka kau harus mulai melakukan bisnis. Jika kau merasa kau tak yakin, kau hanya perlu melakukannya dan melihat apakah keyakinan 'gagal' mu itu benar atau tidak. Jika terbukti benar, mulailah cari orang yang mampu melakukannya dan buatlah bisnismu sendiri namun bukan kau yang melakukannya tetapi orang lain."

Pak tua Walcot menjelaskan semuanya padaku. Aku menatap mata pak tua Walcot, senyum ramah khas orang tua masih terpapar di wajahnya.

"Kau sedang terpuruk, aku tak menyalahkanmu jika kau bersedih. Tapi jika kau sampai jatuh pada keputusasaan, aku meragukanmu sebagai manusia. Jika kau berpikir bekerja tidak membuahkan hasil, mungkin itu bukanlah passion mu dalam hidup. Kau harus berpikir. Aku mendukungmu sebagai temanmu."

Senyum di wajahku perlahan kembali, bodohnya aku terlalu berlarut-larut dalam masalah. Takut pada hal yang belum terjadi dan memikirkan masa depan dengan mengabaikan apa yang terjadi saat ini.

"Haha, kau cukup bijak untuk seorang teman yang cukup tua, tuan Walcot" senyum kecil ku berikan pada tuan Walcot.

"Setidaknya hanya ini yang bisa aku berikan pada temanku yang lebih muda, hehe."

4 Bulan kemudian aku membuat sebuah perusahaan dengan rekan-rekanku yang mengalami nasib sama denganku. Bisnis kami bukanlah bisnis yang bisa dikatakan besar, kami membuat sebuah kedai makanan tak jauh dari tempat kami bekerja dulu. Tempat tersebut cukup ramai ketika jam makan siang, sore dan juga saat malam hari. Sesekali kami buka di pagi hari saat jam kantor tertentu untuk menyiapkan menu makan pagi. 
Well, aku tak perlu bekerja setiap saat, tapi aku tetap mendapatkan uang. Kadangkala masalah yang timbul akan mengarahkanmu pada sesuatu hal yang jauh lebih besar lagi, entah itu hal baik ataupun buruk. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kau menyikapinya. Hal besar tersebut selalu berdampingan dengan hal positif lainnya, kau hanya perlu menghadapi atau menghindari hal negatif dan mendapatkan hal positif. Siapa tahu itu lebih baik dari sebelumnya. 

Persis seperti yang dikatakan pak tua Walcot.

Monday, September 21, 2015

Doa

"Terima kasih karena kau telah membantuku, kau memainkan piano untuk pernikahanku dengan sangat indah. Aku tahu ini menyakitkan tapi terima kasih kau telah bersedia datang untuk melihat kebahagiaanku yang lebih besar. Kuharap kau mengerti, dan aku selalu berdoa untukmu agar kau mendapatkan seorang gadis yang mampu mengisi posisiku di hatimu. Mungkin sangat sulit, tapi bukan berarti mustahil, kan? Aku selalu berdoa untukmu!"

Friday, September 18, 2015

Kisah Untukmu: "Terima Kasih, Mantan"


Rabu, 14 April 2015 - Minggu ke 3 sekolah pertamaku.

"Maaf ya, ini masih terlalu cepat. Aku masih belum mengenalmu lebih jauh, sekali lagi maaf". 2 hari kemudian dia berkencan dengan kakak kelas ku.

Jumat, 1 Mei 2015 - Minggu ke 5 sekolah pertamaku.

"Hey, kau jangan salah sangka dulu! aku membantumu sebab kita adalah rekan. Aku tak mungkin mempunyai perasaan apapun padamu!". Setelah itu dia tak pernah berbicara padaku atau bahkan hanya untuk bertegur sapa denganku.

Senin, 1 Juni 2015 - 2 Bulan lebih setelah sekolahku.

"Ma... Maaf, kau sudah ku anggap sebagai sahabatku". Dan dia mulai menjaga jarak dan menjauhiku.

Saturday, September 12, 2015

Phone

*Biip... suara kedupan terdengar di dalam telepon. Menandakan telepon yang ku hubungi tersambung ke kotak pesan suara telepon milik Evelyn.

"Hai aku Evelyn, hari ini aku tak ada di rumah. Tinggalkan bunyi setelah pesan ini ya!" Kotak pesan tersebut menyambut panggilanku.

Monday, September 7, 2015

Mysterious String

Pernahkah anda mendengar kisah tentang "Mysterious String"? Mungkin sebagian dari anda jarang mendengar kisah tersebut atau bahkan belum pernah sama sekali mendengarnya. Tapi percayalah, kisah tersebut patut diperhatikan oleh anda semua.