Thursday, August 13, 2015

Last Word, I Love You

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselku ketika aku sedang membaca malam itu. "Siapa yang mengirim pesan padaku malam-malam begini? Tumben sekali." Pikirku. Ku buka kotak masuk, aku cukup terkejut pria itu mengirimku pesan. Seorang pria yang baru saja ku lukai hatinya sore tadi.


Pria itu bernama Hanhae, aku mengenalnya ketika kami sekelas sewaktu kelas 2 SMA tahun lalu. Belakangan ini ia sering memperhatikanku, aku menyadari kelakukannya namun aku coba mengabaikannya. Sore tadi, sebelum pulang sekolah, Hanhae memintaku agar menemuinya di taman belakang bangunan sekolah, tepat berada di bawah pohon sakura.
Ia mengungkapkan perasaannya padaku, waktu itu masih sangat rumit. Aku masih belum bisa menerima siapapun kedalam hatiku, namun ia bersikeras untuk mencobanya. Terus terang hal yang ia lakukan justru membuatku jengkel, kukatakan padanya untuk menjauhi diriku dan tidak pernah bicara lagi padaku.

Malam itu ia mengirim pesan padaku, ia memintaku untuk menemuinya di taman kota. Kukirim beberapa pesan singkat untuk menjawab pesannya.

"Bukankah sudah ku katakan agar kau tak menghubungiku lagi? Ada apa denganmu!" Aku menulisnya sedikit kesal.

Kupikir dengan begitu ia tak akan mengirimkan pesan lagi padaku. Namun tak lama kemudian pesan balasan darinya masuk ke ponselku. Sial! Dia tak tahu arti kata menyerah ya?

"Jadi kau tak mau menemuiku di pusat kota esok, Hana?" Balasnya.

"Sudah jelas bukan?" Jawabku singkat.

"Aku minta maaf atas pernyataanku sore ini. Aku pikir setelah kau putus dari DongTae kau bisa membuka perasaanmu untukku. Tapi kurasa perkiraanku salah, maka dari itu aku memintamu datang ke pusat kota esok hari." Jelasnya.

"Untuk apa?"

"Aku hanya ingin meminta maaf, itu saja. Aku akan menunggumu besok."

"Aku tak akan datang!" Balasku kecut.

"Aku tetap akan menunggumu."

Kuputuskan untuk tidak menjawab pesan-pesan dari Hanhae lagi. Sejujurnya aku pun tak mengerti mengapa aku merasa jengkel dan marah padanya, apa karena aku belum bisa melupakan mantan kekasihku, DongTae. Atau apa.

Keesokan harinya, kupandangi ponselku. Kulihat pesan-pesan masuk dan aku cukup terkejut mendapatkan pesan baru dari Hanhae. Ia mengatakan bahwa ia sudah ada di pusat kota. Pesan ini datang 5 menit yang lalu, oh.. dia baru saja tiba. Aku tak peduli dengan pesan itu. Kualnjutkan kegiatanku menonton TV di kamarku dan bersantai berjam-jam di Hari Minggu yang indah ini.

Kriing~ Kriing~
Ponselku berdering, Ah-Min sahabatku menelponku.

"Halo..." Sapaku.

"Hana, kau dimana?" Tanya Ah-Min.

"Aku dikamarku, kenapa?" Jawabku.

"Apa kau tak punya janji bertemu dengan Hanhae? Aku bertemu dengannya di pusat kota."

Seketika aku terdiam, ternyata dia tidak bercanda soal menemuiku.

"Haloo... Hana?" Tanya Ah-Min.

"Eh, iya. Janji? Rasanya aku tak punya." Jawabku terbata-bata.

"Aku dan Hanhae sempat berbincang sebentar. Dia mengatakan sesuatu tentang bertemu denganmu. Dan kami berbincang selama kurang lebih satu jam. Aku pikir cukup asyik menemaninya sambil menunggumu datang. Tapi kau tak kunjung datang, jadi aku tinggalkan." Jawabnya.

"Oh iya, dia mengatakan sesuatu tentang meminta maaf. Apa yang kau lakukan padanya, Hana?" Lanjut Ah-Min.

Aku hanya terdiam mendengar semua penjelasan dari Ah-Min.

"Ah-Min, maaf aku harus menutup telepon mu. Aku akan menyusulnya!". Kemudian aku melangkah keluar kamar, mandi dan kemudian bersiap untuk menyusulnya ke pusat kota.

Hari Minggu adalah hari yang ramai disini, orang-orang sibuk berbelanja dan menghabiskan waktu bersama keluarganya. Kalangan pelajar, orang tua hingga anak-anak pun terlihat berlalu lalang disini. Aku berjalan perlahan dan mencari Hanhae, jam menunjukan pukul 12 siang saat itu. Aku sedikit merasa bersalah pada Hanhae karena membiarkannya, Lagipula itu salahnya sendiri, bukan?

Mataku memandang sekitar, langkahku mengelilingi pusat kota yang cukup luas itu. Tak lama kemudian ku dapati Hanhae tengah berdiri di bawah menara jam raksasa pusat kota. Ia berdiri tenang dengan headset menempel di telinganya. Ia menungguku, namun tak menyadari kedatanganku. Kupandangi dia dari jauh, aku ingin tahu sampai mana ia benar-benar menungguku.

Jam 1 siang, ia masih belum bergerak dari sana. Mungkin sesekali ia membeli minum dan kembali lagi ke tempat itu, hebat juga mentalnya.

Jam 2 siang, aku masih memperhatikannya dari jauh. *Bip~ Sebuah pesan masuk kedalam ponselku,

"Aku menunggumu di Starbuck, aku berada di meja luar. Datanglah... Aku menunggumu."

Pesan ini berasal darinya, ia melangkah pergi dan benar saja ia duduk manis seperti anak kecil di kedai kopi terbesar itu. Ia memandangi sekitar berharap aku menghampirinya.

Jam 3... 4... 6 dan tibalah senja, waktu sudah semakin larut. Ia hanya berputar-putar di pusat kota dan kembali lagi ke jam raksasa itu.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tak pulang saja? Dasar idiot?" Gumamku sendiri..

*Bip~ pesan lainnya masuk ke dalam ponselku, ini darinya lagi.

"Aku akan pergi ke taman, jalan itu menuju rumahku." Dan sama seperti siang tadi, ia pergi menuju taman Ahdaa. Rumahnya memang melewati taman Ahdaa, Sebuah taman kecil yang sangat indah di dekat pusat kota.

Suasana sepi nan sejuk menyelimuti taman Ahdaa, tidak ada siapapun disana kecuali Hanhae dan aku yang sedang bersembunyi dibalik salah satu pohon. Hanhae berhenti di lapangan tepat berada dibawah lampu taman. Ia melepas headset nya dan tersenyum, kemudian berbicara dengan nada yang lebih keras.

"Berapa lama lagi kau akan bersembunyi dibalik pohon itu, Hana?" Ucapnya sambil tersenyum.

Astaga dia mengetahuiku, sejak kapan? Apa aku terlalu mencolok? Apa aku terlalu berisik? Astaga...
Aku melangkah keluar dan berjalan menghampirinya, ia tersenyum padaku. Namun aku memalingkan wajahku darinya, rasa malu, iba hingga kagum bercampur aduk di dalam diriku. Aku benar-benar malu untuk menegakan wajahku kearahnya.

"Kenapa dari tadi siang kau hanya bersembunyi?" Tanya Hanhae dengan enteng.

"Kau menyadariku?" Ucapku sambil terkejut.

"Tentu, Aku menyadarinya sejak pukul 12 siang tadi."

Kemudian aku terdiam sejenak.

"Kenapa kau melakukan ini?" Tanyaku pada Hanhae.

"Melakukan apa?"

"Berdiri disana seperti orang bodoh, menungguku berjam-jam, kenapa kau melakukannya sampai sejauh ini? Kau tak malu pada orang-orang disana? Menunggu orang yang tak pasti untukmu." Ucapku dengan nada kesal.

"Tapi akhirnya kau datang, bukan? Kau datang pun aku sudah senang." Hanhae mengatakannya sambil tersenyum.

"Bodoh! Kau adalah orang paling bodoh yang pernah aku kenal."

Kuberanikan diriku untuk menatap wajahnya sekali lagi. Ia menyambut mataku dengan senyuman hangat dan tatapan penuh kasih ala seorang pria padaku disaat aku hanya bisa memalingkan wajahku dengan perasaan malu padanya.

"Esok hari aku akan pindah sekolah."

Hanhae membuka sebuah perbincangan yang cukup mengejutkan untukku. Ia akan pindah sekolah, namun entah mengapa berita itu terdengar seperti sebuah sambaran petir untukku.

"Ayahku dipindah tugaskan ke Jerman mulai Minggu Depan, tapi aku harus pergi esok pagi." Lanjutnya.

"Lalu..."

"Aku kemari hanya ingin meminta maaf padamu, aku minta maaf karena membuatmu marah. Aku mengungkapkan perasaanku padamu waktu itu karena aku yakin aku tak akan kembali lagi kesini untuk waktu yang sangat lama. Aku khawatir tak bisa menyampaikan perasaanku padamu. Aku tak tahu jika hal itu justru membuat mu merasa terganggu." Ujarnya.

"Kenapa kau tak mengatakannya padaku sejak awal? Tentang kepindahanmu, dan maksud dari hatimu." Tanyaku padanya.

"Sebab aku tahu sejak awal kalau kita tak pernah bisa bersama meski hanya satu hari. Disamping itu kau masih berpacaran dengan DongTae. Dia temanku, aku tak mungkin mengkhianatinya, kan?" Seperti biasa, ia membalas pertanyaanku dengan enteng.

"Lagipula kau tak mungkin menerima pernyataan cinta ku, bukan? Untuk menghindari rasa sakit berlebihan, ku ungkapkan di akhir cerita saja. Bukankah itu lebih baik untukku." Lanjutnya.

Aku tersenyum menanggapi semua perkataannya, namun perasaan apa ini? Rasanya cukup sesak ketika ia mengatakan semua hal tentangku. Aku mencoba menahan semua itu tapi setiap kali kutahan rasanya semakin sesak.

"Kau masih saja berpikir sederhana disaat seperti ini." Aku menanggapinya.

"Kau tahu betul aku, kan?" Hahae kemudian membalikkan tubuhnya dan bersiap untuk meninggalkanku. "Aku minta maaf atas kelakuanku kemarin sore. Aku menyayangimu, Hanhae."

Perlahan ia melangkah pergi.

Langkah kaki ku mendekat kearahnya, kemudian kuraih sedikit bagian bajunya dan menahannya untuk pergi. Rasa sesak tersebut berubah menjadi air mata ketika aku mendengar kalimat terakhirnya sebelum ia pergi meninggalkanku. Didalam hati aku terus berteriak agar ia tak pergi kemanapun. Aku memang baru mengenalnya sebentar, tapi entah mengapa aku sangat dekat dengannya. Kehilangannya akan terasa berat untukku, dan aku tak mau hal itu terjadi.

"Kau benar-benar akan pergi, Hanhae?" Aku mengatakannya sambil terisak.

Hanhae terdiam seribu bahasa, bahkan ia tak melihat sedikitpun wajahku.

"Aku juga minta maaf karena tak bisa membalas perasaanmu. Aku ingin sekali dekat dengan dirimu, tapi bukan sebagai seorang kekasih. Mungkin terlalu cepat bagi kita untuk menjadi seorang kekasih. Akan tetapi, jika suatu saat kau kembali... Mungkin aku sudah siap untuk membuka pintu hatiku untukmu, Hanhae. Aku sungguh minta maaf tak bisa membalasnya." Jelasku.

"Aku sangat senang, tapi aku tak pernah membuat janji yang tak bisa ku tepati." Lanjut Hanhae. Dan kemudian ia benar-benar pergi.

Malam itu adalah malam terberat untukku, kehilangan seorang teman, apakah semuanya salahku?

Keesokan harinya sekolah mengumumkan kepindahan Hanhae, satu kelas cukup terkejut karena Hanhae tak pernah bercerita apapun tentang kepindahannya. Bangku yang biasa ia duduki pun kini kosong, meninggalkan sebuah kisah misterius yang mungkin akan melekat padaku selamanya. Tentang perasaannya, tentang pertanyaan didalam diriku, dan tentang kepulangannya suatu saat nanti. Dan aku sangat berharap suatu saat aku bisa menanyakan langsung padanya... Ketika ia pulang nanti. Aku yakin ia pasti akan pulang...

========================================================================

#Created By: Aped 


4 comments: