Tuesday, November 3, 2015

Let You Go

Aiko dan Renka adalah sahabat baik sejak TK, bahkan lebih awal dari itu. Mereka terbiasa melakukan segala sesuatu hampir bersamaan, mereka tertawa bersama, menangis bersama bahkan mereka berbagi luka yang sama. Percayalah, aku mengamati mereka hingga detik ini. Kupikir mereka lebih mirip amplop dan prangko, oh tunggu dulu... Mereka mempunyai sisi dan sifat yang berbeda.

Aiko adalah gadis manis yang sangat feminim, cantik dan anggun. Semua orang di sekolah menganggap bahwa dia adalah dewi kecantikan. Simbol dari keindahan, atau mungkin dia adalah keindahan itu sendiri, dia sangat mahir dalam memainkan berbagai macam alat musik. Lain halnya dengan Renka.

Renka adalah gadis "agak" tomboy yang mungkin kupikir dia tak kalah cantik dengan Aiko, dia bersemangat, energik dan mahir dalam berbagai macam olah raga. Kami bahkan sekolah menganggap bahwa Renka adalah "Kartu AS" milik sekolah, dia selalu bisa kami andalkan dalam pertandingan seperti apapun dan dalam tingkat apapun.

Mungkin bukan prangko dan surat, mereka lebih mirip sayap. Sayap hitam dan putih, mereka mempunyai sikap yang berlainan namun selalu bersama. Tak peduli berada di sisi mana, mereka akan selalu bisa mengepak dan terbang tinggi.

Satu hal yang ku ketahui, Renka, sangat menyukaiku. Sudah kubilang, bukan? Aku selalu memperhatikan mereka. Dan aku sangat yakin Renka menyukaiku. Kali ini... aku akan mengatakan perasaanku padanya.

Pukul 16.20, jam pulang sekolah berakhir 40 menit yang lalu. Aku meminta Renka ke atap setelah jam sekolah usai. Dia akan datang asalkan Aiko turut serta hadir menemaninya. Dan aku pikir itu tak masalah, dengan begitu aku bisa menyelesaikan 2 hal sekaligus hari ini.
Dihadapan mereka berdua, Aku berdiri dan menatap mereka. Nafas panjang ku tarik dan ku beranikan diri untuk menghadapi mereka. Langkah kaki mendekat hingga tak terasa aku berada tak jauh di hadapan mereka.

Wajah Renka memerah, dia terlihat sangat malu. Begitu pula dengan Aiko.

"Renka, terima kasih sudah datang."

Ucapku padanya, detak jantungku berdegup semakin kencang dari sebelumnya.

"Eren..."

Renka membalas sapaanku.

"Sejujurnya aku sudah sejak lama memperhatikanmu dan juga Aiko. Aku tahu tentang kedekatan kalian, kalian selalu membagi perasaan dan suka duka kalian. Kalian selalu berdiri bersama dan aku selalu memperhatikan hal itu. Terutama pada Aiko. Sejujurnya aku mengetahui bahwa kau, Renka, kau menyukaiku sejak bangku SMP bukan? Sejujurnya aku tahu bahwa kaulah yang menulis surat untukku, kau selalu bercerita tentangku pada Aiko. Semuanya tentangku, aku sungguh terkejut melihat kau melakukan hal itu. Terus terang aku sangat senang."

Renka menunduk, wajahnya memerah dan matanya agak sedikit basah. Air mata kah?

"Aku menarik kesimpulan jika kau sebenarnya menyukaiku, sangat menyukaiku dari bukti-bukti tersebut. Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk kau mengetahui perasaanku."

Aku menarik nafas panjang dan kemudian melanjutkan ucapanku.

"Aiko... Aku sangat menyukaimu, aku benar-benar jatuh cinta padamu."

Renka menunduk dan tersenyum, tetesan air mata mulai keluar dari matanya. Ia sangat terpukul jika seorang yang ia cintai justru jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Rasa kecewa, kesal, dan jutaan perasaan negatif bercampur aduk di dalam jiwa nya.

"Sudah kuduga, sudah kuduga aku tak mungkin bisa memilikimu, Eren." Wajahnya menatapku dengan air mata yang membasahi pipinya. “Sudah ku duga aku tak mungkin bisa menang dari Aiko.” Lanjutnya.

“Renka...” Aiko memandang Renka dan aku dengan tatapan tak karuan.

"Aku sangat senang jika itu adalah sahabatku, namun ketika melepasmu, kupirik itu adalah satu cara yang baik untuk menunjukan rasa cintaku padamu. Namun jujur saja aku tak bisa berhenti untuk terus mengejarmu, mendapatkanmu dan berharap kau membalas perasaanku. Tubuhku mengatakan untuk menyerah mendapatkanmu, namun perasaanku terus saja memintaku agar mengejarmu. Dan ketika aku membiarkanmu memilih, aku tak menyangka hasilnya akan sangat menyakitkan untukku.”

Ia terdiam sesaat.

"Loh, kenapa aku menangis? Kenapa aku merasa sesak ya? Bukankah seharusnya aku merasa senang? Apakah ini yang namanya 'kecewa'? Kenapa rasanya sesakit ini ya?"

Ia berlutut dan kemudian menangis. Aiko yang berdiri bersamanya memeluk erat tubuhnya, seperti sayap berwarna hitam dan putih, mereka saling melengkapi meskipun berbeda warna.
====================================================
#Created By: Aped

0 komentar:

Post a Comment