Saturday, May 14, 2016

The Walking Dad ep. 2 "Super Dad"

Aku dan karir ku seperti bisa digambarkan seperti roti daging. Saling melekat satu sama lain, bertumpuk dan memiliki warna yang beda-beda. Aku menikmati hari-hariku seperti kebanyakan orang, yah meskipun cara pandangku menikmati hari-hari benar-benar berbeda dengan kebanyakan orang lain.

Aku memiliki 2 anak kembar, Mika (perempuan) dan Arne (laki-laki). Usia mereka menginjak 11 tahun hari ini. Dan mereka sangat suka sekali baseball.

14 Mei 2016, lebih tepatnya esok hari, tim baseball kesukaan mereka, Red Sox akan bermain di partai final melawan Yankees, 2 Minggu sebelumnya aku sudah berjanji pada mereka untuk menonton pertandingan final tersebut bersama-sama. Namun sehari setelah aku mengucap janji itu, perusahaan mengirimku ke cabang Berlin, Jerman pada tanggal 18 Mei. Sial sekali, aku diberangkatkan pada tanggal yang sama seperti tanggal pertandingan tersebut.

Aku terus merahasiakan ini, ketika Mika dan Arne bertanya tentang pertandingan tersebut, aku selalu mengatakan,

"Ya, kita akan menonton pertandingan itu. Aku berjanji."

Setiap kali, setiap waktu mereka bertanya hal itu, jawabanku masih tetap sama. Aku membicarakannya pada istriku, namun jawabannya menurutku benar-benar tidak membantu. Justru berkesan membuatku menjadi lebih bingung.

Suatu hari aku menghadap pada manager ku untuk menolak tawaran tersebut. Namun dengan nada menyindir, bos mengatakan jika aku tidak boleh menolak tawaran itu. Bahkan ia bilang akan memecatku ketika aku menolak tawaran menuju berlin tersebut.

"Pikirkanlah masa depan mu disini, kau tidak bisa berada 2 peran sekaligus. Kau harus korbankan 1, dan kuharap kau bisa profesional. Kami mengandalkanmu."
Setibanya di rumah, kudapati Mika dan Arne sedang tertidur lelap. Mengenakan jersey Red Sox kebanggaan mereka, spanduk dan sarung tangan baseball. Bahkan Arne tertidur sambil memeluk tongkat baseball kesayangannya. Aku memperhatikan mereka, mereka begitu ingin menonton final itu bersamaku.

"Kau sudah memutuskan?" Tanya istriku.

"Ya." Jawabku. "Mungkin ini adalah salah satu keputusan yang akan aku sesali kelak."

Istriku memelukku dari belakang, "Kau seorang ayah, dan kau juga bekerja. Mereka akan mengerti itu."

"Pesawat akan berangkat esok pagi jam 6, tepat sebelum mereka bangun. Sedangkan pertandingan akan dimulai pada jam 10."

"Aku bangga padamu... Aku menyayangimu." Ia tersenyum dan menciumku.

"Aku juga menyayangimu." Dan malam itu pun berlalu dengan sangat cepat...

Mika dan Arne berlari ke kamarku. Wajahnya sangat gembira seperti anak-anak pada umumnya. Dan ketika ia membuka kamarku, aku tidak ada disana...
Mereka berlari ke dapur untuk sarapan pagi, istriku berdiri disana sambil menyiapkan sarapan.

"Ibu, kemana ayah?" Tanya Mika.

"Oh... eh, ayah..."

Kemudian aku berjalan ke arah meja makan, lengkap mengenakan pakaian tim Baseball Yankees ku. Oh ya, aku lupa bilang kenapa ini menjadi pertandingan terpenting bagi anak-anakku. Karena tim baseball favorit mereka akan melawan tim baseball favorit ku. Dan kalian berpikir jika aku akan melewatkan pertandingan sepenting ini?

"Nah itu dia... Bagiamana mobilnya?"

"Sangat buruk, mesinnya rusak cukup parah. Masih bisa berjalan tapi tidak akan mulus. Sebaiknya kami berangkat sekarang dan pergi naik bis."
Mika dan Arne menatapku dan tersenyum,

"Ayah tidak berangkat kerja? Semalam ibu bilang jika kau mungkin punya pekerjaan penting hari ini."

"Dan meninggalkan kedua anakku untuk menonton pertandingan bersejarah paling penting ini? Kalian pasti bercanda, bukan?"

Yah... kalian pasti bercanda, kan? Aku mungkin cukup bodoh untuk tidak mengambil kesempatan emas dalam karir ku, tapi aku sangat jenius dalam menentukan pilihanku. Keluarga sangat berarti bagiku, ibu yang akan memasakkan makanan untuk anak-anakku, sedangkan tugas seorang ayah? Menonton pertandingan baseball yang paling penting bersama kedua anaknya.

1 Minggu setelah aku resign dari pekerjaan lamaku, aku menemukan sebuah perusahaan IT dan mencoba bekerja disana, jaraknya tidak begitu jauh dari perusahaan lama ku. Dan jelas gaji nya tidak sebaik pekerjaan lama ku, namun itulah hidup...
==========================================
Created by:
Aped

0 komentar:

Post a Comment