Thursday, April 9, 2015

Lantunan Melodi Piano

Alunan piano terdengar sangat merdu dari ruang tengah rumah itu, rumah putih yang sangat indah dengan gaya klasik perpaduan antara Jepang-Elite itu melengkapi indahnya pagi hari yang sangat cerah itu. Sang pianis, Erika bermain dengan sangat indah, tuts demi tuts piano ia tekan dan menghasilkan nada indah layaknya seorang bidadari sedang memainkan piano diatas awan. Tergambar rautan senyum indah di wajahnya kala memainkan lagu "Summer" itu. Lengkaplah sudah pemandangan indah di musim panas ini.


"Engkau memainkan lagu ini dengan sangat indah, kakak menyukainya. Tak heran aku sangat menyayangimu, Erika." seorang wanita memeluknya dari belakang. Dengan penuh kehangatan dan rasa kasih sayang ia pun menikmati lantunan indahnya melodi yang ia mainkan.

"Tentu saja, aku pasti akan memainkan lagu ini dengan sangat sempuran. Ini adalah lagu yang beliau mainkan pertama kali di depan kita, bukan? Aku harus memainkannya lebih dari ibu. Itu yang beliau inginkan bukan?" Ucap Erika sambil terus memainkan piano.

Kala ia memainkan lagu itu, tak terasa air mata mulai membasahi wajahnya yang indah itu, namun tak membuat senyumannya memduar dari wajahnya. 

"Ya ampun, apa kau harus selalu menangis kala memainkan lagu ini, Erika?" Kakak tersenyum kearah Erika.

"Maaf kak, aku hanya merindukan ibu. Setiap kali, setiap kali aku memainkan lagu ini aku selalu merindukan ibu. Apalagi hari ini adalah hari ulang tahunku. Rasanya ada yang menusuk dalam hatiku, sangat dalam!" 

Seketika ia berdiri kearah kakaknya dan memeluknya, menghentikan alunan indah dari piano yang dihasilkan oleh jemarinya. Ia memeluk kakak perempuannya dengan sangat erat, terlihat jelas dari air mata yang membasahi wajah dan mengalir terus ke pundak sang kakak bahwa Erika masih belum bisa merelakan kepergian sang bunda tercinta.

"Kakak! Aku sangat merindukan ibu! Mengapa ia pergi lebih cepat dan meninggalkan kami begitu saja?" Isaknya di bahu sang kakak.

Hari ini adalah hari dimana ibu mereka berulang tahun, dan hari ini juga genap 1 tahun dimana sang ibu meninggalkan Erika dan kakaknya untuk selamanya. Meninggalkan 1000 kenangan indah yang mereka lalui bersama-sama untuk pergi ke tempat yang sangat tenang di surga sana. Berbeda dengan Erika, sang kakak, Rin terlihat lebih tegar meskipun sesekali ia menitikan air mata. Rasa kasihan terhadap adiknya muncul didalam hati bersamaan dengan ide untuk membuat Erika kembali bersemangat dan memunculkan senyum khas yang indahnya. Rin sangat menyukai Erika ketika tersenyum karena wajahnya ketika senyum sangat mirip persis dengan mendiang ibunya, hanya senyuman Erika yang mampu membuat Rin kembali bersemangat dan bahagia. 

"Apa kau sangat merindukan ibu?" jawab sang kakak sambil memeluk erat Erika.

"Bukankah itu sudah jelas? Aku sangat merindukannya"

"Tunggulah disini, aku akan ambilkan sesuatu untukmu. Aku ingin menunjukan engkau sesuatu." Rin pergi ke taman keluarga mereka dan memetik 3 tangkai bunga mawar, dan tak lama kemudian ia kembali.

"Ini adalah bunga mawar merah, aku bawakan 3 bunga untukmu. Setelah ini gantilah pakaianmu dan kita pergi ke makam ibu. Mainkanlah lagu kesukaan ibu dengan sangat indah, lebih indah dari yang pernah kau mainkan sebelumnya.", jelas Rin sembari meletakan bunga mawar itu didalam sebuah vas kecil yang sangat artistik.

Erika sangat tidak mengerti apa yang ada didalam pikiran sang kakak. Namun hatinya menyuruh ia memainkan lagu itu dengan sungguh-sungguh dan menikmati tiap petikan nadanya. Luar biasa, Erika mampu memainkan lagu itu dengan sangat sempurna. Tiap petikan nada yang ia tekan dari tuts piano nya meresap kedalam jiwa mereka berdua. Sangat mengagumkan, tidak... bahkan ini lebih daripada mengaggumkan.

Sesuai rencana, mereka pun pergi ke pemakaman sang ibu yang kebetulan tidak terlalu jauh dari rumahnya. Didepan makam mereka mendoakan sang ibu dan meletakan 1 buah bunga mawar tepat diatas batu nisannya. Sepertinya Erika masih tidak mengerti apa yang dilakukan oleh kakaknya.

"Kakak, kau menyuruhku untuk memainkan lagu dengan sangat indah dengan ditemani 3 tangkai mawar merah dan engkau sendiri. Apa yang kau pikirkan?" tanya Erika dengan penasaran.

"Tahukah engkau bahwa ibu sangat menyukai bunga mawar? Dan ingatkah engkau ketika dulu saat kita masih kecil, setelah bermain piano, ibu selalu memberikan kita masing-masing satu bunga mawar. Ia berkata bahwa bunga bunga-bunga indah tersebut diberikan pada kita langsung dari hatinya. Sekarang, hadiahkanlah bunga mawar spesial ini untuk ibu, didalam bunga mawar ini ada rasa kasih sayangku pada ibu kala aku memetik bunga ini, dan didalam bunga mawar yang aku letakan ini pula ada suara indah dari lantunan melodi sempurna yang kau mainkan dengan piano mu tadi. Aku yakin ini adalah hadiah paling sempurna untuk ibu." Jelas Rin.

Erika dan Rin akhirnya tak kuasa menahan air mata yang sedari tadi ingin keluar dari matanya. Mereka berdua bergandengan tangan dan mulai menikmati angin yang berhembus di sekitar makam itu. Sangat pilu bagi mereka karena tak bisa melihat kebahagiaan sang ibu kala tiba hari ulang tahunnya. "Selamat Ulang Tahun, Ibu. Semoga engkau tenang dialam sana." Sambil mengusap air matanya, Erika tersenyum dihadapan makamnya. Menuangkan segala kasih sayangnya.


#Created By: Aped

0 komentar:

Post a Comment