Wednesday, April 22, 2015

Novelis

Aku adalah seorang novelis terkenal, nama pena ku adalah INSOMNIUM . Tidak ada yang tahu nama asliku bahkan editor ku. Aku tidak punya teman, sahabat, kekasih maupun orang terdekat lainnya. Aku hanya mengijinkan editor ku untuk menghubungiku, namun dia sendiri belum pernah melihat wajah asli ku. 
Aku tak pernah keluar rumah, aku memenuhi kebutuhanku semua dari dalam kamar ku. Tetangga sebelah bahkan tidak tahu bahwa aku tinggal disini. Yaah, bisa dibilang aku ini adalah seorang pengurung diri.


Aku memenuhi kebutuhanku dengan menulis dan menjual novel karya ku sendiri. Novel-novel karyaku hampir secara keseluruhan memiliki alur cerita tentang "pembunuhan", "pembantaian" ataupun "psikopat". Meskipun mendapatkan banyak kritik dari semua pembaca bahkan penulis lainnya karena cerita yang ku tulis terbilang terlalu ekstrim, aku tak pernah mempedulikan ataupun mendengar ucapan mereka. Kau tahu kenapa? Karena setiap kali mereka berkomentar, maka bisa dipastikan itu adalah komentar terakhir yang keluar dari mulut mereka.

Semua kisah dalam novel-novel ku, ku tulis berdasarkan kisah nyata, tak peduli seperti apa, itu adalah kisah nyata yang ku alami sendiri.Ngomong-ngomong, aku yang membunuh mereka. Yap! Aku tidak suka menulis novel yang memiliki kisah kebohongan atau romantisme antara pria dan banyak sekali wanita, atau kisah sebuah legenda yang menurutku tidak pernah ada. Aku lebih senang kisah nyata, kisah yang benar-benar ada, sebuah kejadian nyata yang terlihat oleh mataku sendiri.

Darah, teriakan, pisau, letusan pistol, sayatan daging dan lain sebagainya, bagaikan musik yang mengalir merdu di telingaku. Seolah-olah tiap kali aku melakukannya, ada suatu kepuasan yang tersirat di wajahku. Aku tak bisa berhenti tersenyum... dan menyayat kulit mereka satu per satu.
Namun yang paling menarik bagiku adalah, ketika aku menusuk jantung kekasihku dan menghitung waktunya, berapa menit ia hidup ketika sebuah pisau menancap di dada kiri nya. Lalu kemudian meniduri tubuhnya saat ia terlelap untuk selamanya. Aku pikir, itulah kisah cinta yang paling romantis yang pernah aku tulis.

Sebelum ia mati, ia pernah bertanya padaku, "Mengapa kau melakukan hal tersebut?". Aku pun terpaku dan kehilangan konsentrasi ku setelah ia menanyakan hal tersebut padaku. Jika aku pikir-pikir, mengapa juga aku harus melakukan hal tersebut? Membunuh... membunuh dan tertawa. Kemudian, lambat laun aku menemukan jawaban sendiri mengapa aku melakukan hal tersebut.

Alasan aku membunuh mereka semua, supaya AKU BISA MENULIS BUKU SAMBIL TERSENYUM. 

1 comment: