Monday, July 27, 2015

John Armstrong

Seorang detektif menggunakan trench coat terlihat berjalan santai sambil menghisap sebatang rokok menuju atap gedung yang  tengah dijaga ketat oleh beberapa polisi. Mereka tengah sibuk menenangkan seorang pelajar pria yang mencoba untuk melompat dari lantai 24 gedung ini.

"John.." Ucap salah seorang detektif yang berdiri di depan pintu menuju atap tersebut.



"Apa yang kita punya disini?" Ujar John.

"Seorang remaja tanggung, Sam Anderson, 16 tahun. Kemungkinan dia depresi setelah beberapa bulan mendapatkan perlakuan kasar dari teman-temannya dan tekanan dari sekolah. Kudengar dia berasal dari SMA st. James Anderson." Jelas detektif itu.

"Huff..." Ia menghembuskan asap rokok ke udara, "Sekolah terburuk yang pernah ada." Kemudian ia membuka pintu.

"Hei, John." Seru detektif tadi. "Lakukan dengan santai..."

John hanya tersenyum dan kemudian ia melangkah pergi menuju bocah tersebut. Sebelum pergi, John meminta para personli lainnya untuk meninggalkan gedung dan menyiapkan bantalan di bawah gedung. Beberapa anggota polisi, ambulan dan pemadam kebakaran terlihat sibuk di bawah sana. Diperparah warga yang saling berdesakan untuk melihat kejadian ini. Namun hal tersebut sepertinya tak mengganggu John sama sekali. Ia terlihat cuek dan mengabaikan semua suara sirine bising dibawah sana da berjalan mendekati Sam.

"Sam Anderson, benar?" Tanya John padanya.

Sam terlihat sangat panik dan mencoba membuat John menjauh darinya.

"Berhenti!" seru Sam. "Atau aku akan melompat!"

"Kalau begitu lompatlah!" Jawab John.

"Aku tidak bercanda! Aku akan melompat!"

John duduk bersila di atap dan mengambil sebatang rokok lagi.

"Kau mau?" John sambil menawarkan rokok pada Sam. "Beberapa orang bodoh akan menyusahkan orang lain untuk membagi masalahnya. Tapi menurutku itu jauh lebih baik ketibang mereka yang jenius mati membawa masalah."

"Kau tak perlu menceramahiku seperti itu!" Sentak Sam.

"Tak perlu marah begitu" John terlihat sedang menenangkan remaja tersebut. "Aku hanya memberikan nasihat padamu. Jika kau tak mau dengar, itu bukan masalah untukku. Kehadiranmu disini dan niatmu untuk bunuh diri membuat daftar pekerjaanku bertambah. Sejujurnya kau ini merepotkanku..."

"Kalau begitu kau cukup pergi dan tak perlu kembali kesini."

"Kalau seperti itu aku akan dimarahi oleh atasanku, tahu!" Jawab John dengan santai.

Suasana pun hening sesaat. Hingga akhirnya Sam pun mulai bicara tentang masalahnya.

"Kau sama saja seperti mereka! Kau sama saja seperti orang lain!" Ujar Sam, ia terlihat semakin depresi. Air mata perlahan-lahan mulai turun dari matanya. "Kau hanya peduli pada dirimu sendiri, sama seperti guru-guru. Kau merasa bahwa dirimu ini tidak penting dan menganggap aku sebagai orang lemah yang mengganggu, sama seperti teman-temanku. Dan kau tak pernah mau mendengarkan aku, sama seperti orang tuaku. Kau! Aku baru mengenalmu 2 detik yang lalu dan kau sudah memuakkan seperti ini. Aku lebih baik mati saja."

"Kalau begitu lompatlah dari gedung ini." Ucapnya. "Kau laki-laki, bukan? Laki-laki hanya bicara satu kali, kemudian melakukan apa yang ia bisa sebagai pengganti kata-kata. Jika kau merasa ingin melompat, buatlah pilihanmu dan lakukan sisanya. Jangan hanya bicara! Jika kau pikir mati bisa membuatmu lebih bahagia, maka matilah.. Kemudian hadapi sisanya di neraka sana. Sekarang, apa kau punya jaminan bahwa masalahmu akan selesai ketika kau melompat? Atau justru masalahmu bertambah di akhirat sana?"

Sam pun tertunduk lesu dan membisu, seolah lidahnya terkunci rapat setelah mendengar penjelasan dari John.

"Ada jutaan orang yang mempunyai masalah lebih parah darimu dan mereka tetap tegak berjalan. Lalu apa masalahmu menghadapi cobaan sekecil ini dan kau sudah menyerah? Kau ingin diakui kuat oleh semua orang? Maka kau harus terlihat tegar dan hadapi semua. Katakan pada mereka bahwa kau tak sanggup, lawan mereka yang mengintimidasimu, dan katakan pada ibumu bahwa kau sudah lelah. Itu jauh lebih jantan daripada melompat dari sini." Jelas John pada Sam.

Sam menegakkan kepalanya dan memandang tajam pada John. kata-katanya sepertinya berhasil masuk kedalam hati Sam. Ia terlihat lebih percaya diri meski ia masih sedikit ragu.

"Aku benci dunia ini!"

John menghempaskan rokok ke tanah dan menginjaknya, kemudian ia berjalan kearahnya, berdiri tegak dihadapan Sam dan tersenyum padanya.

"Begitu juga denganku, kawan." ucap John sambil tersenyum. "Sekarang, ayo kita turun dan hentikan omong kosong ini."

Sebuah bantalan pengaman setinggi 1 lantai terpampang di bawah. John dan Sam pun melompat dan mendarat di bantalan tersebut dengan aman. Sam pun menunjukan senyumnya pada orang tuanya, dan juga pada John. Sam dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa secara kejiwaan.

"Kau melakukan dengan sedikit lebih halus kali ini, tumben." Ujar detektif tadi.

"Aku sudah lelah menggunakan pistol dan mesiu. Kupikir kata-kata akan cocok menghadapi bocah. Dia hanya tersandung sedikit, aku hanya membantunya berdiri. Itu saja." John melangkah pergi dan meninggalkan lokasi kejadian.

"John Armstrong... Kau selalu menggunakan caramu sendiri." Gumam detektif tersebut.

0 komentar:

Post a Comment