Monday, September 21, 2015

Doa

"Terima kasih karena kau telah membantuku, kau memainkan piano untuk pernikahanku dengan sangat indah. Aku tahu ini menyakitkan tapi terima kasih kau telah bersedia datang untuk melihat kebahagiaanku yang lebih besar. Kuharap kau mengerti, dan aku selalu berdoa untukmu agar kau mendapatkan seorang gadis yang mampu mengisi posisiku di hatimu. Mungkin sangat sulit, tapi bukan berarti mustahil, kan? Aku selalu berdoa untukmu!"

Farrah pergi meninggalkanku di depan gereja tua tersebut, memandang langit kelam yang penuh sesak dengan awan hitam. Perlahan langit meneteskan air dari atas, tercampur dengan air mata yang membasahi pipiku.

"Huh? Ini air? Atau dari mataku? Mengapa air ini rasanya sangat sakit di dadaku" Aku bergumam dalam hatiku, aku tersenyum getir.

Astrid melihatku disana, berdiri tegak tak berdaya menghadapi kenyataan pahit itu. Ia menadahkan payung tepat di atas kepalaku, ia hanya berdiri disana tanpa berkata apapun.
Ayolah Astrid, katakan sesuatu! Katakan aku bodoh karena tidak mengejarnya atau katakan aku tolol karena terus mengharapkannya dulu! Katakan sesuatu seperti yang biasa kau lakukan!

"Mau sampai kapan kau disana?" Astrid bicara perlahan padaku. "Aku tahu itu menyakitkan, aku tak akan bicara apapun untuk hal ini. Tapi asal kau tahu saja, mengharapkan sesuatu yang 100% tak bisa kau miliki akan terasa sangat menyakitkan. Kau hanya akan terlihat seperti orang bodoh yang mengharapkan batu bisa bicara dan menangis karena harapan tersebut tak bisa terkabulkan."

"Kau tahu apa tentang perasaanku?" Cetusku padanya. "Salahkah jika aku mengharapkan sebuah kebahagiaan? Dari orang yang paling aku sayang namun ini balasannya? Bukankah janji kita akan terus bahagia hingga akhirnya tiba? Tapi mengapa ini yang ku dapatkan? Apakah doa ku di depan altar sana tak cukup sampai ke telinga Tuhan? Apakah aku salah mengatakan jika ingin melihatnya bahagia?"

"Kau salah..."

Kemudian aku terdiam sesaat...

"Kau salah jika mengatakan doa mu tak pernah didengar oleh Tuhan. Kau mengharapkan Farrah selalu merasa bahagia, kau sudah mendapatkannya. Farrah bahagia ketika ia bersama pria itu yang sekarang menjadi suaminya. Kau berharap ingin melihatnya tersenyum hingga akhir, inilah akhir pengejaran cintamu padanya. Kau sudah mencapai batas bersamanya, sekarang dia sudah tersenyum di hadapanmu, disamping suami yang akan membimbingnya ke singgasana kebahagiaan. Jangan salahkan doa mu pada Tuhan, Dia mengabulkan semua doa mu namun dalam sudut pandang yang berbeda. Jika kau bertanya mengapa ia harus bersama lelaki lain, tanyakanlah pada Tuhan dan dirimu sendiri apakah kau pantas berada di sampingnya? Mana yang akan membuatnya lebih bahagia? Kau atau lelaki tersebut?"

Astrid telihat berusaha meyakinkanku. Perlahan aku mulai menyadari bahwa bukan aku yang pantas untuknya. Tuhan mempunyai cara pandang tersendiri untuk menentukan apa yang terbaik bahkan dalam hal pasangan. Yang bisa kita lakukan hanya menebak, apakah kita yang Tuhan maksud, atau bukan?

"Terima kasih, Astrid. Kau sudah berada di sampingku selama ini." Senyumanku yang hilang bersama derasnya air hujan perlahan mulai terlukis kembali di wajahku seiring datangnya cahaya 7 warna di langit.

"Kau bisa mengandalkanku kapanpun. Ayo kita pulang, aku ingin sekali mendengarkan permainan piano mu di rumah."


===============================================================================

#Created By: Aped 

NOTE: Sorry for bad story '-')7

Di dedikasikan untuk mereka yang hobi banget bilang "Aku cuma ingin banget liat kamu bahagia kok!". 

0 komentar:

Post a Comment