Sunday, March 20, 2016

I am Robot

Sinias tampak lesu, ia duduk termenung di antara cabang pohon itu. Hutan hijau dan pohon yang menjulang tinggi membuat cahaya cukup sulit untuk menembus pepohonan. Menciptakan siluet alam yang indah nan sejuk.. Pemandangan yang sangat indah sekali siang itu.

"Maafkan aku..." Ucap Sinias, "Maafkan aku yang tak bisa menjadikanmu lebih baik lagi dari ini. Aku akui jika aku berbeda dari yang lain... Aku terbuat dari besi yang dihubungkan dengan baut, kemudian digerakan oleh motor-motor gir di setiap sendi lengan ku. Aku akui aku tidak berasal dari sini..."

Lengannya berhenti sampai situ... ia tahu jika masa nya akan tiba tak lama lagi. Ia melipat kertas putih yang tengah ia genggam. Kemudian menggulung nya menjadi sebuah bola kertas.

Lingkar kamera yang konon menjadi matanya, ia tadahkan ke atas, memandang hijaunya langit yang tertutup daun lebat kala itu.

Ia tersenyum... seorang robot sedang tersenyum... Mengingat memori masa lalu yang tersimpan rapi di ingatannya.

"Aku terlahir dari laboratorium mu..." Sekali lagi Sinias bicara, "Aku terlahir dari laboratorium mu, dan aku merasakan bahagia akan hal itu... Kau menciptakanku dengan perasaan, aku bisa merasakannya waktu itu. Sentuhan mu, tatapanmu, kecewa mu, aku melihat semuanya... Namun aku terlalu bodoh untuk mencerna emosi yang terlukis di wajah indah mu. Ketika aku terlahir, kau mengajarkanku apa makna senyuman di wajahmu kala itu. Dan bahkan kau mengajarkanku bagaimana cara hidup sepertimu, ya! Cara hidup seperti manusia. Sungguh indah sekali, dan aku berharap mampu menjadi manusia sepertimu.. Dan aku berdoa pada Tuhan, agar Ia juga menciptakanku sebagai seorang maniusia... Hanya itu."

Cairan H2O keluar dari sela kamera nya. Kepalanya bergerak, ia melihat ke arah depan.

Ariel baru tiba saat itu, nafasnya sangat berat, Sinias tahu ia berlari dari ujung hutan menuju tempatnya. Dan ia terlihat sangat bahagia ketika Ariel berlari untuknya...

Ia mungkin hanya sebuah robot, tapi...

"Aku men... ta... mu..." Program nya berakhir, algoritma terakhir sudah dijalankan, dan ia sangat kecewa ketika ia tak sempat mengatakan betapa ia MENCINTAI ARIEL, orang yang menciptakannya...

Namun senyuman terlukis di mimik wajahnya, memori terakhir nya merekam, Ariel berlari kearahnya, menangkapnya... dan memeluknya saat ia mati.

"Aku mungkin hanyalah sebuah Robot, namun aku tetaplah mencintainya, meski aku tahu... Aku tak pernah bisa untuknya"

2 comments: