Friday, August 28, 2015

Tales of The "Black Snake"

Lonceng terakhir di sekolah pun akhirnya berdering, semua siswa yang terlihat lelah setelah menuntut ilmu, berjalan pulang meninggalkan tempat ini dan kembali menuju rumah mereka masing-masing. Tawa-tawa kebahagiaan terlukis di wajah setiap murid, mereka tersenyum dan berbagi cerita hari ini untuk melupakan sejenak penat mereka setelah seharian belajar. Namun berbeda dengan Shana,
gadis berambut putih itu nampak masih asyik dengan piano di ruang musik tak jauh dari kelasnya. Ia justru memilih menghabiskan waktu di ruangan tersebut dan mengisi waktu luang dengan hobinya bermusik. Alunan melodi indah berasal dari jemarinya yang menari diatas tuts piano terdengar merdu hingga ke seluruh penjuru sekolah. Tapi simfoni apa ini? Nadanya terdengar seperti tangisan seorang gadis?


Shana Izumi, semua orang di sekolah memanggilnya "Melodi". Ia pantas menyandang gelar tersebut karena kemampuannya bermain piano. Kepiawaiannya memainkan setiap balok nada yang tersirat pada lembaran putih mampu membuat kagum setiap orang yang melihat dan mendengarnya, namanya begitu dikenal oleh setiap orang di sekolah, tidak... Bahkan di seluruh kota dan di negara ini. Tak ada seorangpun yang tidak mengenalnya. Dan aku mungkin orang yang paling mengenalnya selama ini.


Kepala sekolah memanggilku sesaat sebelum jam pelajaran berakhir, membuatku harus pulang sedikit lebih lama dari jam biasanya. Ketika aku berjalan melewati ruang seni, aku cukup terkejut karena Shana memainkan piano tidak seperti biasanya. Ya, aku seringkali berhenti sejenak dan mendengar permainan piano Shana saat pulang sekolah, ia hampir setiap hari melakukannya. Tapi kali ini, simfoni yang ia bawakan sangatlah berbeda. Aku... Tidak menyukainya.


Ku buka pintu ruang Seni tersebut, Shana sedang asyik memainkan piano. Aku hanya bisa berdiri di pintu tersebut sambil memandanginya hingga ia selesai bermain.


"Tak seperti biasanya 'merak putih' sepertimu memainkan simfoni yang begitu menyayat hati." Ucapku pada Shana.


Shana tersenyum dan menutup meja tuts piano klasik itu.


"Aku memainkannya karena ingin, bukan karena perasaan. Kau seharusnya tahu itu bahwa aku tak pernah punya hati." Jawab Shana dengan tenang.


"Oh, jadi bukan karena Yushiro, kah?" Balasku dengan enteng.


Shana terlihat agak sedikit mengeram di bibirnya. Ia terlihat sedikit tertekan ketika nama 'Yushiro', kekasihnya kusebut. 


"Benar, kan?" Aku berjalan dan membuka jendela yang ada di dekat piano itu. Membiarkan angin sore yang berhembus sejuk masuk memenuhi seluruh ruangan. Indahnya mentari sore terlihat jelas dari gedung ini.


"Tak kusangka, baru 10 menit kejadian Yushiro dan aku, kau sudah tahu segalanya. Benar-benar seperti yang diharapkan dari seorang yang mendapat julukan 'Ular Hitam' di sekolah." Shana memandang ku dengan dalam, memasang senyuman yang ia paksa di wajahnya.


"Oh, aku hanya seorang penulis novel dan penggemar beratmu, Shana Izumi. Jadi maukah kau menceritakan apa yang terjadi dan harus seperti apa?"


"Kenapa kau begitu tertarik dengan masalahku?"


"Karena aku tengah menulis tentang dirimu, wahai Merak Putih. Dan aku sangat benci jika proses menulisku terpotong karena tak sesuai dengan kehendakku." Aku memasang sorot mata tajam dan senyum ular pada Shana. 


Shana terdiam dan kemudian ia memalingkan wajahnya dariku lagi. Ia menunduk dan mulai menceritakan semua kejadian yang antara dirinya dan Yushiro. Semuanya... Semua dari awal hingga detik ini, semua yang aku butuhkan.


"Dengan kata lain, Yushiro sudah mendapatkan semua yang ada pada dirimu. Tiap inci dari cintamu, tiap jengkal dari tubuhmu, dan tiap warna dari matamu. Tapi ia meninggalkan mu begitu saja seperti anjing yang membuang tuannya." Aku menyimpulkan semuanya.


"Ya, dia sudah mendapatkan segalanya. Tak ada yang tersisa lagi dari diriku. Dan ketika aku mulai melihat kearah hatinya, hatinya beku dan dingin. Aku tak pernah merasa sebodoh ini untuk memberikan segala yang ku punya untuknya."


"Kau tahu, sejujurnya aku tak pernah suka ikut campur masalah orang lain. Bahkan tak mudah bagi seseorang untuk berbicara denganku, bukan? Aku tak pernah punya teman atau apapun, tapi aku selalu mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku bisa melakukannya padamu juga. Tapi kau tahu kan bagaimana cara kerja seekor ular?" Jelasku pada Shana.


"Aku menunggu dengan sabar, masuk dan mendapatkan segalanya. Menghilangkan jejak dan bekas untuk waktu yang sangat lama. Aku adalah seekor 'Ular Hitam'." Sambungku.


"Aku sangat paham, maka dari itu aku meminta bantuanmu." Shana mulai mengeluarkan air mata nya.


"Jangan menangis, aku benci akhir yang menyedihkan! Lalu, katakan padaku apa yang harus aku lakukan padanya? Mempermalukannya? Membuatnya dibenci di sekolah ini? Atau membuatnya pindah dari sekolah ini?" 


"Tidak... Aku ingin kau melakukan hal yang lebih buruk lagi! Apapun itu! Aku ingin dia merasakan apa yang aku rasakan! Jauh lebih buruk lagi... Dan tolong, sebelum melakukannya katakanlah ini dariku!" 


Shana memandangku yang sedang berjalan keluar ruang musik. Sesaat sebelum aku menutup pintu, sekali lagi aku memasang 'wajah ular'-ku tanpa berbalik melihat Shana. Sedikit tawa terdengar dari diriku.


"Ya... Kalau begitu, aku cukup membuatnya depresi dan bunuh diri. Dan mungkin aku akan meminta imbalan yang setimpal atas permintaanmu itu. Hahaha." Aku berjalan keluar dan perlahan menutup pintu ruang musik itu.


"Ya! Apapun akan ku lakukan untuk membayarmu!"


7 Hari kemudian wali kelas kami mengumumkan bahwa Yushiro Kiriga dari kelas 2-D meninggal karena bunuh diri. Sebelum meninggal Yushiro meninggalkan surat permohonan maafnya dan alasan mengapa ia bunuh diri. Ia sadar bahwa dirinya adalah orang yang paling tidak berguna dan seseorang telah menuntunya ke jalan yang benar untuk mengakhiri hidupnya sebelum ada orang lain lagi yang ia sakiti. Dan sekali lagi sang 'Ular Hitam' tersenyum karena berhasil menulis novelnya dengan ending yang ia harapkan. 


2 Hari kemudian novel si 'Ular Hitam' itu terbit dan menjadi novel terlaris bulan ini, dengan kisah romansa tragis yang begitu terlihat nyata. 
============================================================

#Created By: APED '-')7
Sorry for bad story!

0 komentar:

Post a Comment