Sunday, May 24, 2015

Diary: "Page 1: Lembar Kosong dan Kehadirannya"

14 Hari yang lalu, saudariku meninggal dunia di rumah sakit karena kanker yang ia derita. Ia sudah berjuang lama melawan kanker itu selama 5 tahun. Waktu yang cukup lama untuk bertahan dari sebuah penyakit yang mematikan itu, bukan? 



Aku tak pernah mendengar ia mengeluh, gundah ataupun gelisah. Ia hanya tersenyum ketika kami khawatir, tertawa ketika kami bersedih untuknya dan bicara seolah dia kuat ketika kami melihat tubuhnya semakin melemah. Dia paling senang mengatakan "Aku baik-baik saja kok!" padaku. Aku tahu sebenarnya dia mengatakan padaku untuk tidak terlalu bersedih, kan? Anak kecil pun tahu itu.


14 Hari sudah saudariku, Rinka, beristirahat dengan tenang namun, aku masih belum bisa menerima kepergiannya. Aku sangat menyayangi saudariku, dia sangatlah baik padaku. Tiap kali aku berjalan dan membuka pintu kamarnya, aku merasakan sedih yang mendalam. Rasanya sesak! ingin sekali aku berteriak dan memanggilnya agar ia kembali. Namun aku tahu, itu hanya akan membuatnya sedih di surga sana.


Aku berjalan menyusuri sudut kamarnya, melihat ke arah rak bukunya dan mengambil sebuah album foto putih yang tertata rapi disana. Ku buka tiap halaman demi halaman, sesekali aku tersenyum lucu melihat gaya-gaya lucu dalam foto Rinka. Wajahnya yang babyface membuat ia lebih cocok dipanggil anak SMP ketibang murid kelas 2 SMA. Jika ia masih hidup, ia mungkin akan marah padaku sehari penuh ketika aku ledek seperti itu. Sungguh membangkitkan kenangan.


BRUUK... sebuah buku bersampul merah jatuh dari rak paling atas. Aku pun sempat tersentak ketika melihat buku itu jatuh. Mungkin karena aku menggerakkan rak terlalu keras pikirku. Ku raih buku itu dan ku buka halaman pertama, buku itu bertuliskan "Diary" di halaman utama nya.


"Diary? Rinka tak pernah bilang jika ia menulis sebuah diary? Bukankah dia tidak suka hal semacam ini?" Gumamku.


Ku buka halaman demi halaman pada diary tersebut, namun ternyata...


"Aneh? isinya kosong..."


Yah! isinya kosong! Tak ada tulisan bahkan untuk sebuah titik disana. Apa benar ini milik Rinka? Tidak ada namanya tertulis disana. Disamping itu hanya dialah saudari perempuan yang ku punya, aku anak tunggal. Ayah Rinka dan ibuku adalah adik kakak, ibu Rinka sudah meninggal 2 bulan pasca kelahiran Rinka dan ia tidak menikah lagi. Maka sudah jelas itu juga bukan punyaku. 


"Punya siapa ini?" ujarku sedikit kebingungan.


Ruangan semakin dingin dan itu cukup untuk membuat bulu kuduk ku berdiri semua. Ditengah kesunyian, suara kecil dan ceria datang dari belakangku...


"Diary itu punyaku, Kazuma" 


Pikirku tidak karuan, ayah dan ibu pergi dan baru pulang malam hari, ditambah aku tinggal sendiri sekarang. Lalu siapa yang bicara dibelakang? Ku bulatkan tekad dan ku coba untuk menengok ke belakang... tampak seorang gadis cantik bermata hitam namun berkulit sangat pucat duduk sambil memasang senyum manis kearahku. Mataku terpaku ketika melihatnya, aku ingin sekali berteriak namun bibir ku tak bisa ku gerakan.


"Sudah 14 hari ya kita tak bertemu, Kazuma!" Ujarnya.


"Ri...Ri...Rinka?" Mulutku secara reflek menyebut namanya.... "Ba..Bagaimana bisa?"


"Hihi..." Dia hanya tersenyum manja, persis seperti ketika ia masih hidup dulu.


~TO BE CONTINUED~

#Created By: Aped

<photo id="1" />

1 comment:

  1. Keren cerita nya ditunggu kunbal nya di helmypra.blogspot.com

    ReplyDelete